Fidirikus Trihatmoko
| 23 Maret 2010 | 09:35
3
1
Belum ada chart.
Belum ada chart.
Belum ada nilai.
Ujian Nasional ( UN ) untuk pelajar tingkat SLTA sedang berlangsung. Hiruk pikuk tentang pelaksanaan UN selalu selalu mengikuti setiap kali kegiatan ini akan diadakan. Mulai dari perlu tidaknya UN, bocor tidaknya soal, sampai dengan pengamanan yang dilakukan oleh pengawas independent hingga keterlibatan aparat kepolisian agar UN dapat dilaksanakan dengan “lancar”.
Melihat fenomena pengamanan yang dilakukan, hingga perlunya menyertakan aparat kepolisian untuk ikut menjaga distribusi soal ujian, membuat saya bertanya masihkah hidup yang namanya pendidikan jika kejujuran para pendidiknya saja harus ditegakkan oleh pihak lain? Bukankah UU Sisdiknas yang pernah menimbulkan pro dan kontra itu mengamanat bahwa tujuan utama pendidikan adalah menjadikan peserta didik manusia yang BERIMAN dan BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA? ( UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 ). Saya sedikit teringat, kalau tidak salah di sinilah salah satu point perdebatan dari UU ini. Mengapa tujuan utama dan pertama dari pendidikan bukan mencerdaskan peserta didik? Mengapa masalah keimanan yang sudah seharusnya menjadi tanggungjawab orang tua/keluarga justru menjadi tujuan utama? Okelah itu perdebatan masa lalu. Sudah selesai. Sekarang adalah waktunya melihat hasilnya.
Untuk menjadikan peserta didik menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa juga berakhlak mulia tentu dibutuhkan pendidik – pendidik yang mempunyai tingkat keberimanan, ketakwaan juga akhlak yang tinggi. Tanpa itu jelas tidak mungkin. Tapi dari tahun ke tahun ketidak jujuran dalam pelaksanaan UN sumbernya bukan dari peserta UN. ( Ingat soal air mata guru di Medan juga tempat – tempat lain). Memang jika ada peserta didik yang gagal, nama baik guru dan institusi taruhannya. Tapi apakah harus dengan cara – cara yang tidak benar, yang jauh dari cermin seorang yang beriman, bertakwa dan berakhlak tinggi?
Keterlibatan aparat yang harus mengawal distribusi soal dan harus dihadirkannya seorang pengawas independent dalam pelaksanaan UN sebetulnya sebuah cermin kegagalan pendidikan kita. Kejujuran oh kejujuran di mana kau bersembunyi? Masih adakah engkau di ruang – ruang kelas juga relung hati para pemegang kekuasaan pendidikan?
Sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/23/un-dan-wajah-kejujuran-kita/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar